UNJ Gelar Diskusi Terkait Bencana Sumatera dan Galang Donasi untuk Korban Bencana
Jakarta, Milleniumpost.id
Sejak 26 November 2025, Sumatra berubah menjadi ruang duka. Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar) diporak-porandakan oleh banjir besar yang membawa luka, kerusakan, dan kehilangan meninggalkan luka.
Namun luka paling dalam bukanlah pada tubuh, melainkan pada hati yang ditinggalkan dalam tanda tanya.
Di tiga provinsi itu, 3,3 juta jiwa terdampak banjir besar. Tiga juta lebih manusia yang harus bangun setiap pagi hanya untuk menyaksikan apakah harinya akan lewat tanpa air mata.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bersama Rektor dan beberapa UKM UNJ sudah berdiskusi bahwa UNJ akan turut ambil bagian dalam mengumpulkan dan menyalurkan bantuan langsung ke wilayah Padang, Sumatera Barat yang merupakan salah satu wilayah yang terdampak.
Tidak hanya itu BEM UNJ bersam BEM Fakultas juga telah diskusi dengan hasil kontribusi UNJ melalui gerakan solidaritas bertajuk “UNJ Peduli” yang diinisiasi oleh BEM dan UKM di UNJ menggandeng “Rumah Amal UNJ” melakukan penggalangan donasi bagi penyintas bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar.
Gerakan ini bukan sekadar poster dan seruan, tetapi ajakan untuk berempati bagi para korban bencana. Melalui gerakan ini UNJ yang diwakili oleh perwakilan dari BEM dan beberapa UKM didampingi dua orang dosen telah diberangkatkan ke lokasi penyerahan bantuan pada tanggal 4 Desember 2025.
“Fokus kita sekarang ini adalah membantu korban bencana yang melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kita sama-sama bersolidaritas untuk saudara-saudara kita yang terdampak,” ujar Andhika Natawijaya, Ketua BEM UNJ dalam diskusi di Aula Bung Hatta UNJ, Jum’at (12/12/2025) di Jakarta.
Disamping solidaritas terhadap korban bencana itu juga Andhika menyatakan bahwa dirinya cukup prihatin terhadap masalah-masalah yang menjadi penyebab bencana ini terjadi, salah satunya adalah masalah deforestrasi.
Lanjutnya, contoh yang paing mudah terlihat adalah alih fungsi hutan menjadi kebun sawit, hal ini tentunya menjadi pengaruh besar yang menyebabkan tanah menjadi rusak serta tidak sebandingnya kemampuan kebun sawit dibanding hutan dalam hal pencegahan bencana seperti ini.
‘Untuk itu, BEM UNJ akan terus mencoba untuk melakukan pengawalan terhadap masalah-masalah ini agar tidak berkelanjutan, ” Pungkas Andhika Natawijaya, Ketua BEM UNJ, menutup.(Iis)


















